9dnews | Abu Vulkanik Gunung Ruang Terbawa ke Malaysia oleh Angin, Abu vulkanik yang meletus di Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, tiba di Malaysia pada hari Rabu, 1 Mei 2024. Kantor berita AFP melaporkan bahwa pada Selasa, 30 April 2024, Gunung Ruang meletus tiga kali, mengeluarkan lava dan abu setinggi lebih dari lima kilometer ke langit. 

Akibatnya, 12.000 orang yang tinggal di daerah itu harus di evakuasi. Pada Rabu pagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan peta yang menunjukkan abu dari letusan vulkanik telah mencapai bagian timur Malaysia di Kalimantan. Pulau ini juga dihuni oleh Indonesia dan Brunei.

Menurut AirNav Indonesia, pengatur lalu lintas udara nasional, abu vulkanik telah menyebabkan tujuh bandara ditutup, dengan yang terbesar di Manado dan Gorontalo. Julius Ramopolii, kepala pos pemantauan Gunung Ruang, menyatakan bahwa pada Rabu pagi, gunung berapi terus mengepulkan abu dan asap di atas kawah.

“Gunung berapinya terlihat jelas, terlihat kepulan asap berwarna abu-abu dan tebal, serta mencapai ketinggian 500-700 meter (2.300 kaki) di atas kawah,” ujarnya.

Dia juga menyatakan bahwa masyarakat setempat harus tetap di luar zona pengecualian tujuh kilometer, dan tingkat kewaspadaan sistem empat tingkat tetap tertinggi. Karena berada di “Cincin Api” Pasifik, Indonesia sering mengalami aktivitas seismik dan vulkanik. Selain abu vulkanik, erupsi Gunung Ruang memiliki konsekuensi lain di Malaysia. 

Pada 18 April, 19 penerbangan Malaysia Airlines telah dibatalkan dan keberangkatan jemaah umrah telah ditunda. Saat itu, Malaysia Airlines mengumumkan pembatalan 19 penerbangan ke Sabah dan Sarawak dari Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA).

Ini mencakup sebelas penerbangan dari dan ke Sabah serta delapan penerbangan melalui rute Sarawak. Pada hari yang sama, rombongan jemaah umrah menjadi ribuan penumpang yang terjebak di Bandar Udara Internasional Kota Kinabalu (KKIA) setelah penerbangan yang dibatalkan dari Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA).

Penyebaran Abu Vulkanik: Abu vulkanik dari erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara, Indonesia, terbawa oleh angin dan mencapai bagian timur Malaysia, termasuk Kalimantan. Ini menyebabkan gangguan pada transportasi udara di wilayah tersebut.

Dampak Evakuasi: Erupsi Gunung Ruang memaksa evakuasi 12.000 orang yang tinggal di sekitar gunung tersebut. Keamanan masyarakat dijaga dengan menetapkan zona pengecualian tujuh kilometer dari kawah gunung dan mempertahankan tingkat kewaspadaan tinggi.

Gangguan Transportasi: Dampaknya tidak hanya terbatas pada Sulawesi Utara, tetapi juga merembet ke Malaysia. Tujuh bandara di Indonesia ditutup karena abu vulkanik, termasuk bandara besar di Manado dan Gorontalo.

Konsekuensi di Malaysia: Dampaknya tidak hanya terbatas pada gangguan lalu lintas udara, tetapi juga pada sektor pariwisata dan religius. Pembatalan penerbangan dan penundaan keberangkatan jemaah umrah oleh Malaysia Airlines adalah contoh konkret dari dampak erupsi Gunung Ruang di Malaysia.

Kewaspadaan di “Cincin Api” Pasifik: Indonesia, sebagai bagian dari “Cincin Api” Pasifik, sering mengalami aktivitas vulkanik dan seismik. Pemerintah dan masyarakat di wilayah-wilayah ini perlu selalu waspada terhadap potensi bencana alam seperti erupsi gunung.

Pentingnya Respons Terkoordinasi: Erupsi gunung menunjukkan pentingnya respons terkoordinasi antara negara-negara di wilayah tersebut, baik dalam hal mitigasi bencana maupun penanganan dampaknya terhadap sektor-sektor seperti transportasi dan pariwisata.

Kesiapan dan Mitigasi Bencana: Erupsi Gunung Ruang juga menyoroti pentingnya kesiapan dan upaya mitigasi bencana di wilayah-wilayah yang rentan terhadap aktivitas vulkanik. Langkah-langkah pencegahan seperti pemetaan zona-zona bahaya, penyediaan tempat penampungan darurat, dan pelatihan evakuasi bagi masyarakat lokal menjadi sangat penting dalam mengurangi dampak negatif dari bencana alam semacam ini. Keberhasilan dalam mengelola erupsi Gunung Ruang akan memberikan pelajaran berharga untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana-bencana serupa di masa depan.

Baca juga:

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *