Mengungkap “Clownmanship” dalam Pemilihan Presiden 2024.
9Dnews – GIBRAN Rakabuming Raka mendapat perhatian khusus setelah memberikan respons terhadap Mahfud MD dalam debat cawapres pada Minggu (21/1/24) dengan menggunakan gestur celingukan. Respons tersebut dianggap sebagai upaya untuk mengelakkan jawaban Mahfud tentang greenflation, meskipun Gibran tidak memberikan penjelasan yang memadai terkait istilah tersebut. Meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memperbarui aturannya terkait hal ini, Gibran tetap tidak memberikan penjelasan yang memadai.
Baca Juga :
Balita di Sidoarjo Mengalami Pencabulan, Pelaku Merupakan Ayah Kandungnya Sendiri
Menurut Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (22/1/24), gerakan tersebut merupakan bagian dari strategi untuk membuat panggung politik nasional menjadi lebih santai. Dalam Pilpres 2024, pasangan Prabowo-Gibran menonjolkan diri dengan menghadirkan gestur, pernyataan, dan gimmick menghibur, mulai dari berjoget, mencitrakan diri dengan tokoh-tokoh anime, hingga menggunakan alat peraga kampanye berbasis kecerdasan buatan.
Istilah “clownmanship” digunakan oleh Nick Butler, seorang profesor di Universitas Stockholm, untuk menggambarkan fenomena ini. Clownmanship adalah perpaduan antara “badut” dan “negarawan.” Meski demikian, terminologi ini masih kontroversial karena dapat merendahkan profesi badut dan membatasi definisi negarawan yang seharusnya lebih ahli dalam kenegaraan.
Clownmanship menjadi bahaya dalam politik karena merupakan strategi untuk menghindari atau menutupi sesuatu. Di tengah fenomena ini, Prabowo-Gibran tampaknya menggunakan gimmick menghibur untuk menyamarkan keterbatasan pengalaman dan wawasan mereka, serta untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu kontroversial, seperti pelanggaran etik yang melibatkan paman Gibran.
Beberapa ciri utama clownmanship mencakup ketidakraguan untuk menutupi kurangnya pengalaman dengan gimmick, sikap dan humor agresif yang dapat merendahkan pihak lain, dan tingkah laku yang bersirkus untuk mencapai tujuan politik.
Baca Juga :
Guru SD di NTT Diamankan Polisi karena Melakukan Kekerasan terhadap Istri hingga Menyebabkan Kematian
Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada terhadap ciri-ciri clownmanship dalam perpolitikan. Fenomena ini dapat mengaburkan substansi dan memberikan gambaran yang kurang akurat tentang kapabilitas dan integritas seorang pemimpin, sehingga masyarakat perlu melakukan evaluasi yang lebih mendalam terkait visi, misi, dan kompetensi calon pemimpin.